Senin, 08 Agustus 2011

MENDOBRAK ALASAN

Alkisah seekor kancil menyapa siput sambil menertawakannya, "Hei
lamban, mau ke mana kamu? Kau ini apa bisa berguna, berjalan cepat
saja kau tak bisa!" Kata-kata itu melukai hati siput, sehingga ia
hanya diam. Karena olokannya tak dijawab, kancil terus mengulangnya.
Dan, semakin sering siput mendengarnya, semakin sakit hatinya.
Bahkan, ia menjadi yakin dirinya tak berguna!

Dianggap kecil dan tak berguna, bisa mengecilkan nyali. Itulah yang
dirasakan Gideon, saat Tuhan me-ngutusnya berperang menyelamatkan
Israel dari tangan orang Midian. Ia mengusung kemudaannya sebagai
alasan, seolah-olah Tuhan tidak melihatnya. Faktanya, kaum keluarga
Gideon memang yang paling kecil di antara suku Manasye. Ditambah
lagi, dirinya adalah orang paling muda di keluarganya. Bagi Gideon,
dua fakta ini menegaskan bahwa ia bukan siapa-siapa yang bisa
berbuat banyak untuk Israel yang besar. Ah, lupakah Gideon, siapa
yang memerintahkannya untuk maju?

Tuhan tentu tahu kemudaan Gideon. Ia tak mungkin lupa bahwa kaum
Gideon adalah yang terkecil. Ia juga hafal orang-orang yang lebih
pandai berperang dibanding Gideon. Tetapi Tuhan Tuhan memberi
kemenangan kepada Gideon dan orang-orangnya, yang jumlahnya tidak
sebanding dengan jumlah orang Midian.

Seperti Gideon, pernahkah kita berhadapan dengan "ketetapan Ilahi"
yang tampak tidak masuk akal? Mungkin di saat seperti itu kita ingin
mengajukan berbagai alasan kepada Tuhan. Kita memaparkan
ketidakmampuan dan kelelahan kita, bahkan merasa lebih kecil
dibanding orang lain. Ingatlah, Tuhan lebih tahu semuanya tentang
kita! Hanya, maukah kita menyerahkan diri di tangan-Nya? --HA

JIKA KITA MAU DIPAKAI OLEH-NYA
DIA DAPAT BEKERJA LUAR BIASA MELALUI KITA, DENGAN KUASA-NYA

Hakim-hakim 6:11-16

Tidak ada komentar:

Posting Komentar