Senin, 24 Oktober 2011

MEMANDANG SALAH

Suatu kali Bung Hatta menginginkan sebuah sepatu bermerek yang
berkualitas bagus, tetapi cukup mahal. Ia menyimpan guntingan iklan
yang memuat alamat penjualnya, lalu berusaha menabung. Namun,
tabungannya selalu berkurang untuk memenuhi keperluan keluarga atau
orang-orang yang meminta bantuan. Akhirnya, hingga meninggal Bung
Hatta tidak pernah membeli sepatu itu. Baginya, menjadi berarti bagi
keluarga dan kerabat lebih membuatnya bahagia daripada memiliki
sepatu mahal.

Secara lebih dalam, pemazmur memberitahukan sumber kebahagiaan yang
sesungguhnya. Dalam terjemahan Today's English Version, Mazmur
119:35 berbunyi: "Buatlah aku taat pada perintah-perintah-Mu, karena
di situlah aku menemukan kebahagiaan." Itu sebabnya di ayat
berikutnya pemazmur meminta: "Berilah saya kerinduan yang besar
untuk menaati hukum-hukum-Mu, lebih besar dari keinginan saya untuk
menjadi kaya" (ayat 36). Inilah yang menghindarkannya dari mengejar
"hal yang hampa" (ayat 37, TB).

Sebagai sarana hidup, uang adalah benda netral. Sayang, banyak orang
kemudian memandang salah. Ia mengira sumber kebahagiaannya ialah
uang, agar ia dapat memiliki ini itu. Maka, ada uang, bahagia. Tak
ada uang, susah, bingung, dan khawatir. Padahal semestinya tidak
demikian. Kebahagiaan terjadi jika kita mengikuti kehendak Kristus
dan menaati firman-Nya. Dengan begitu, secara berturutan kita akan
menikmati damai, sukacita, dan hidup yang berarti. Dan, tentu saja
Dia yang besar dan mengasihi kita akan mencukupkan apa yang kita
perlu di hidup ini (Filipi 4:19). Kejarlah sumber bahagia yang
sejati, bukan yang hampa --AW

KEMBALIKAN UANG KE POSISI SEMULA
YAKNI SEBAGAI HAMBA, BUKAN TUAN KITA

Mazmur 119:33-37

Tidak ada komentar:

Posting Komentar