Sariawan. Anda pernah mengalaminya? Luka di rongga mulut ini
memang sangat mengganggu. Selain menimbulkan rasa sakit saat minum
dan mengunyah makanan, ternyata sariawan juga bisa membuat Anda
kesakitan saat berbicara. Apalagi jika letaknya di lidah. Ketika
menulis renungan ini, ada dua buah sariawan di lidah saya.
Akibatnya, saya sangat berhati-hati ketika berbicara, minum, dan
makan. Kalau tidak benar-benar penting, saya memilih untuk diam.
Walaupun tak mudah, itu lebih baik, daripada sakit.
Bersikap hati-hati dalam berbicara, bukanlah hal yang mudah. Apalagi
dalam keadaan kesal atau marah. Kebanyakan orang lebih suka
mengungkapkan kekesalan atau amarahnya lewat kata-kata. Hal seperti
itu sebenarnya wajar saja. Namun sayang, keadaan emosional mudah
membuat seseorang kehilangan kendali. Akhirnya, kata-kata yang
keluar adalah kata-kata kasar. Caci maki. Bahkan kutukan. Yakobus
menegaskan fakta bahwa tidak ada orang yang sempurna dalam
perkataannya (ayat 2); tidak seorang pun yang dapat menjinakkan
lidah (ayat 8); lidah yang sama juga memuji Allah sekaligus
mengutuki manusia (ayat 9-12). Mengerikan, bukan? Itulah sebabnya ia
mengajar kita untuk mampu menguasai lidah dengan cara lambat
berkata-kata dan juga lambat marah (Yakobus 1:9).
Pepatah berkata: "Lidah tak bertulang". Kita harus belajar
berhati-hati dan tidak tergesa-gesa mengucapkan sesuatu. Biarlah
lidah kita dipimpin Tuhan untuk memuliakan nama-Nya dan memberkati
orang-orang di sekitar kita. Bersikaplah bijak dalam berkata-kata.
Setiap saat. Bukan ketika sedang sakit sariawan saja. --OKS
ORANG YANG BERPENGETAHUAN MENAHAN PERKATAANNYA,
ORANG YANG BERPENGERTIAN BERKEPALA DINGIN. -AMSAL 17:27
Yakobus 3:1-12
memang sangat mengganggu. Selain menimbulkan rasa sakit saat minum
dan mengunyah makanan, ternyata sariawan juga bisa membuat Anda
kesakitan saat berbicara. Apalagi jika letaknya di lidah. Ketika
menulis renungan ini, ada dua buah sariawan di lidah saya.
Akibatnya, saya sangat berhati-hati ketika berbicara, minum, dan
makan. Kalau tidak benar-benar penting, saya memilih untuk diam.
Walaupun tak mudah, itu lebih baik, daripada sakit.
Bersikap hati-hati dalam berbicara, bukanlah hal yang mudah. Apalagi
dalam keadaan kesal atau marah. Kebanyakan orang lebih suka
mengungkapkan kekesalan atau amarahnya lewat kata-kata. Hal seperti
itu sebenarnya wajar saja. Namun sayang, keadaan emosional mudah
membuat seseorang kehilangan kendali. Akhirnya, kata-kata yang
keluar adalah kata-kata kasar. Caci maki. Bahkan kutukan. Yakobus
menegaskan fakta bahwa tidak ada orang yang sempurna dalam
perkataannya (ayat 2); tidak seorang pun yang dapat menjinakkan
lidah (ayat 8); lidah yang sama juga memuji Allah sekaligus
mengutuki manusia (ayat 9-12). Mengerikan, bukan? Itulah sebabnya ia
mengajar kita untuk mampu menguasai lidah dengan cara lambat
berkata-kata dan juga lambat marah (Yakobus 1:9).
Pepatah berkata: "Lidah tak bertulang". Kita harus belajar
berhati-hati dan tidak tergesa-gesa mengucapkan sesuatu. Biarlah
lidah kita dipimpin Tuhan untuk memuliakan nama-Nya dan memberkati
orang-orang di sekitar kita. Bersikaplah bijak dalam berkata-kata.
Setiap saat. Bukan ketika sedang sakit sariawan saja. --OKS
ORANG YANG BERPENGETAHUAN MENAHAN PERKATAANNYA,
ORANG YANG BERPENGERTIAN BERKEPALA DINGIN. -AMSAL 17:27
Yakobus 3:1-12
Tidak ada komentar:
Posting Komentar