terasa asing di telinga, istilah itu rasanya menggambarkan iman yang
ragu-ragu, kurang yakin dalam mengklaim janji dan pemeliharaan Allah
bagi kehidupan kita. Benarkah demikian?
"Insya Allah" secara sederhana berarti "jika Tuhan menghendakinya",
seperti yang digunakan tim penerjemah Alkitab Terjemahan Baru. Akan
tetapi, dalam Alkitab Terjemahan Lama, para penerjemah memilih untuk
meminjam ungkapan dari bahasa Arab itu. Selain dalam nas hari ini,
istilah itu juga muncul dalam janji Paulus kepada jemaat Efesus
(Kisah Para Rasul 18:21) dan jemaat Korintus (1 Korintus 4:19). Saya
jadi berpikir ulang. Oh, ternyata yang teguh dan pasti itu adalah
janji Allah; adapun janji dan rencana manusia itu sudah sepantasnya,
seperti ditegaskan Yakobus, dibungkus dengan "insya Allah". Kita
dapat memberikan janji dan menyusun rencana serta berusaha sebaik
mungkin untuk memenuhinya, tetapi kita tidak dapat memastikan apa
yang akan terjadi pada masa depan.
"Insya Allah", dengan demikian, adalah sebuah ungkapan kerendahan
hati: kesadaran bahwa bukan kita yang memiliki dan menentukan masa
depan; bahwa rencana terbaik kita tidak senantiasa selaras dengan
rencana terbaik Tuhan; bahwa kita serba terbatas di hadapan
kemahakuasaan dan kemahatahuan-Nya. Dengan itu, kita memberi ruang
bagi-Nya untuk mengubah dan meluruskan langkah kita. Sekaligus kita
mengakui bahwa masa depan terbaik kita ada di dalam tangan-Nya.
--ARS
JANJI ALLAH: YA DAN AMIN.
JANJI MANUSIA: INSYA ALLAH.
Yakobus 4:13-17
ragu-ragu, kurang yakin dalam mengklaim janji dan pemeliharaan Allah
bagi kehidupan kita. Benarkah demikian?
"Insya Allah" secara sederhana berarti "jika Tuhan menghendakinya",
seperti yang digunakan tim penerjemah Alkitab Terjemahan Baru. Akan
tetapi, dalam Alkitab Terjemahan Lama, para penerjemah memilih untuk
meminjam ungkapan dari bahasa Arab itu. Selain dalam nas hari ini,
istilah itu juga muncul dalam janji Paulus kepada jemaat Efesus
(Kisah Para Rasul 18:21) dan jemaat Korintus (1 Korintus 4:19). Saya
jadi berpikir ulang. Oh, ternyata yang teguh dan pasti itu adalah
janji Allah; adapun janji dan rencana manusia itu sudah sepantasnya,
seperti ditegaskan Yakobus, dibungkus dengan "insya Allah". Kita
dapat memberikan janji dan menyusun rencana serta berusaha sebaik
mungkin untuk memenuhinya, tetapi kita tidak dapat memastikan apa
yang akan terjadi pada masa depan.
"Insya Allah", dengan demikian, adalah sebuah ungkapan kerendahan
hati: kesadaran bahwa bukan kita yang memiliki dan menentukan masa
depan; bahwa rencana terbaik kita tidak senantiasa selaras dengan
rencana terbaik Tuhan; bahwa kita serba terbatas di hadapan
kemahakuasaan dan kemahatahuan-Nya. Dengan itu, kita memberi ruang
bagi-Nya untuk mengubah dan meluruskan langkah kita. Sekaligus kita
mengakui bahwa masa depan terbaik kita ada di dalam tangan-Nya.
--ARS
JANJI ALLAH: YA DAN AMIN.
JANJI MANUSIA: INSYA ALLAH.
Yakobus 4:13-17
Tidak ada komentar:
Posting Komentar