Sabtu, 07 Juli 2012

INSYA ALLAH

  Dulu saya agak jengah dengan istilah "insya Allah". Bukan saja
  terasa asing di telinga, istilah itu rasanya menggambarkan iman yang
  ragu-ragu, kurang yakin dalam mengklaim janji dan pemeliharaan Allah
  bagi kehidupan kita. Benarkah demikian?


  "Insya Allah" secara sederhana berarti "jika Tuhan menghendakinya",
  seperti yang digunakan tim penerjemah Alkitab Terjemahan Baru. Akan
  tetapi, dalam Alkitab Terjemahan Lama, para penerjemah memilih untuk
  meminjam ungkapan dari bahasa Arab itu. Selain dalam nas hari ini,
  istilah itu juga muncul dalam janji Paulus kepada jemaat Efesus
  (Kisah Para Rasul 18:21) dan jemaat Korintus (1 Korintus 4:19). Saya
  jadi berpikir ulang. Oh, ternyata yang teguh dan pasti itu adalah
  janji Allah; adapun janji dan rencana manusia itu sudah sepantasnya,
  seperti ditegaskan Yakobus, dibungkus dengan "insya Allah". Kita
  dapat memberikan janji dan menyusun rencana serta berusaha sebaik
  mungkin untuk memenuhinya, tetapi kita tidak dapat memastikan apa
  yang akan terjadi pada masa depan.


  "Insya Allah", dengan demikian, adalah sebuah ungkapan kerendahan
  hati: kesadaran bahwa bukan kita yang memiliki dan menentukan masa
  depan; bahwa rencana terbaik kita tidak senantiasa selaras dengan
  rencana terbaik Tuhan; bahwa kita serba terbatas di hadapan
  kemahakuasaan dan kemahatahuan-Nya. Dengan itu, kita memberi ruang
  bagi-Nya untuk mengubah dan meluruskan langkah kita. Sekaligus kita
  mengakui bahwa masa depan terbaik kita ada di dalam tangan-Nya.
  --ARS

                      JANJI ALLAH: YA DAN AMIN.
                     JANJI MANUSIA: INSYA ALLAH.

  Yakobus 4:13-17

Tidak ada komentar:

Posting Komentar