saya. Saya sering teringat kisahnya, bahwa ia mendoakan saya sejak
saya dalam kandungan sejak mengetahui dirinya hamil. Mendengarnya,
saya merasa begitu berharga. Kehadiran saya dirancang baik dan
diinginkan. Selain itu, saya mengenal kebenaran Alkitab dari didikan
dan disiplin yang diterapkan ayah saya. Melalui doa dan didikan
mereka, saya merasakan secara nyata kehadiran Tuhan dalam hidup.
Sikap orangtua saya sama seperti kata Alkitab: anak adalah anugerah,
milik berharga karunia Allah, bukan hasil karya ataupun prestasi
orangtua. Seperti mata pencarian kita (ayat 2), sia-sialah kita
berupaya untuk memperolehnya jika itu tak diberikan kepada kita.
Namun, ibarat anak panah (ayat 4), anak perlu dilatih dan diasah
sejak kecil agar mencapai sasaran hidupnya. Ada kalanya anak perlu
mendapat teguran, bahkan juga hukuman (lihat Amsal 29:15). Jika itu
dilakukan, ketika anak dewasa kelak, orangtuanya takkan malu di
hadapan musuh (ayat 5). Siapakah musuh kita? Musuh kita bukan lagi
dalam pengertian fisik, melainkan rohani, yakni Iblis dan bala
tentaranya (lihat Efesus 6:12).
Dengan sikap bagaimanakah kita memandang anak? Bagaikan beban yang
merepotkan atau merupakan anugerah Tuhan yang kita syukuri?
Menghargai anak bukan saja kewajiban orangtua, melainkan keharusan
bagi setiap orang percaya. Dalam bentuk tindakan, kita menghargai
anak ketika kita mendidik dan mengajarkan kebenaran kepada mereka
membawa mereka mengenal dan mencintai Tuhan sejak dini. --HEM
HARGAI ANAK SEBAGAIMANA TUHAN MENGHARGAI MEREKA.
Mazmur 127
saya dalam kandungan sejak mengetahui dirinya hamil. Mendengarnya,
saya merasa begitu berharga. Kehadiran saya dirancang baik dan
diinginkan. Selain itu, saya mengenal kebenaran Alkitab dari didikan
dan disiplin yang diterapkan ayah saya. Melalui doa dan didikan
mereka, saya merasakan secara nyata kehadiran Tuhan dalam hidup.
Sikap orangtua saya sama seperti kata Alkitab: anak adalah anugerah,
milik berharga karunia Allah, bukan hasil karya ataupun prestasi
orangtua. Seperti mata pencarian kita (ayat 2), sia-sialah kita
berupaya untuk memperolehnya jika itu tak diberikan kepada kita.
Namun, ibarat anak panah (ayat 4), anak perlu dilatih dan diasah
sejak kecil agar mencapai sasaran hidupnya. Ada kalanya anak perlu
mendapat teguran, bahkan juga hukuman (lihat Amsal 29:15). Jika itu
dilakukan, ketika anak dewasa kelak, orangtuanya takkan malu di
hadapan musuh (ayat 5). Siapakah musuh kita? Musuh kita bukan lagi
dalam pengertian fisik, melainkan rohani, yakni Iblis dan bala
tentaranya (lihat Efesus 6:12).
Dengan sikap bagaimanakah kita memandang anak? Bagaikan beban yang
merepotkan atau merupakan anugerah Tuhan yang kita syukuri?
Menghargai anak bukan saja kewajiban orangtua, melainkan keharusan
bagi setiap orang percaya. Dalam bentuk tindakan, kita menghargai
anak ketika kita mendidik dan mengajarkan kebenaran kepada mereka
membawa mereka mengenal dan mencintai Tuhan sejak dini. --HEM
HARGAI ANAK SEBAGAIMANA TUHAN MENGHARGAI MEREKA.
Mazmur 127
Tidak ada komentar:
Posting Komentar