Jumat, 31 Agustus 2012

GRATIA MELAHIRKAN GRATITUDE

  Ada sebuah ungkapan: Gratia (anugerah) melahirkan gratitude
  (syukur). Kesadaran akan anugerah Tuhan dalam kehidupan kita akan
  menghasilkan limpahan ucapan syukur. Ketika anugerah tidak disadari,
  kita bisa menganggap banyak hal memang sudah sepatutnya kita terima,
  dan rasa syukur pun berangsur pudar.


  Pernyataan Paulus yang baru saja kita baca menunjukkan kesadarannya
  yang sangat kuat akan anugerah Tuhan dalam hidupnya. Ia adalah orang
  yang menyetujui perajaman martir pertama, Stefanus. Lalu, ia
  mengancam dan menangkapi para pengikut Kristus (lihat Kisah Para
  Rasul 8:1; 9:1-2). Ia penghujat dan penganiaya, seorang yang ganas
  (ayat 13). Namun, Tuhan berkenan menampakkan diri kepadanya,
  mengubah hidupnya, dan memercayakan pelayanan pemberitaan Injil
  kepadanya. Paulus tidak sedang membanggakan masa lalunya yang penuh
  dosa. Ia tengah dipenuhi rasa syukur yang lahir dari limpahnya
  anugerah Tuhan (ayat 14). Orang boleh memandangnya sebagai seorang
  rasul besar, pengkhotbah hebat, tetapi ia sadar betul ia hanyalah
  seorang pendosa besar yang mendapat kasih karunia Tuhan (15-16).


  Kita perlu terus mengingatkan diri bahwa kesempatan melayani Tuhan
  adalah kasih karunia, bukan sesuatu yang bisa kita lakukan karena
  kita lebih baik atau lebih mampu dari orang lain. Kita bahkan tidak
  bisa menyebut pelayanan sebagai balas budi atas anugerah-Nya, sebab
  kemurahan Tuhan tidak dapat kita tukar atau ganti dengan ragam
  kebaikan kita. Biarlah anugerah Tuhan sekali lagi melahirkan syukur
  di hati kita, dan menggerakkan kita untuk melayani-Nya. --ULS

                      KEMBALIKAN SYUKUR DI HATI
                DENGAN MENGINGAT KASIH KARUNIA TUHAN.

  1 Timotius 1:12-17

Tidak ada komentar:

Posting Komentar