Kamis, 09 Agustus 2012

KETIKA KEHILANGAN

Pernah berduka karena kehilangan sesuatu yang kita cintai? Makin
dalam cinta, makin dalam juga dukanya. Cepat atau lambat, kita akan
mengalami kehilangan, entah itu karir, harta-benda, stamina, anak,
orangtua, pasangan hidup, atau sahabat baik kita. Apapun
penyebabnya, kehilangan selalu terasa menakutkan, menyakitkan, dan
menghancurkan.


Meskipun dalam banyak hal kita berbeda dengan Ayub (kita bukan orang
paling kaya, tidak punya anak sebanyak dia, dan mungkin tidak hidup
sesaleh dia), ada satu benang merah yang menyatukan kita dengan
kisah Ayub, yaitu kita sama-sama pernah mengalami kehilangan. Sesuai
izin Tuhan, dalam waktu singkat Ayub kehilangan anak-anaknya,
kesehatannya, kekayaannya, dan rasa hormat sang istri. Respons Ayub?
Ia sujud menyembah dan berkata: "Tuhan yang memberi, Tuhan yang
mengambil, terpujilah nama Tuhan!" Secara manusia ia tentu berduka,
sebab itu ia mengoyakkan jubah dan mencukur rambutnya (ayat 20).
Namun, ia menyadari sepenuhnya bahwa apa yang dimilikinya sekarang
adalah kepunyaan Tuhan dan datangnya dari Tuhan, Dialah yang berhak
atas segalanya. Sebab itu, Ayub mampu memuji Tuhan di tengah
kehilangannya.


Sadar atau tidak, kita kerap merasa pantas menerima hanya hal-hal
baik dalam hidup. Ketika kehilangan kekayaan, kesehatan, dan
orang-orang terkasih, kita menganggap Tuhan tidak adil sehingga kita
merasa berhak untuk menggugat dan marah kepada-Nya. Ketika Tuhan
mengizinkan kehilangan terjadi, biarlah kasih kita kepada-Nya tidak
ikut hilang. Mari bertanya apa yang menjadi rencana Sang Pemilik.
Dia Tuhan Yang Mahabijak dan tak pernah salah dalam bertindak. --DEW

KEHILANGAN AKAN MENGUJI KASIH KITA:
KEPADA ALLAH ATAU KEPADA PEMBERIAN-NYA.

Ayub 1:13-2:10

Tidak ada komentar:

Posting Komentar