Senin, 06 Agustus 2012

SUNAT HATI

Sunat, atau pemotongan kulit khatan pada lelaki, biasanya
diidentikkan dengan bangsa Yahudi atau umat muslim. Namun,
penelitian mencatat bahwa praktik sunat ternyata dijumpai di antara
berbagai bangsa dan sudah ada di Indonesia jauh sebelum pengaruh
Islam masuk. Dalam budaya Jawa, ritual sunat dihayati sebagai upaya
untuk memurnikan diri dan menghilangkan sukerto, yaitu hambatan,
kotoran, atau kesialan manusia yang dibawa sejak lahir. Memang dari
aspek medis, kulit khatan bisa menjadi tempat persembunyian kotoran,
sehingga ketika dihilangkan, sejumlah risiko penyakit bisa
dihindari.


Di Alkitab, sunat pertama kali disebutkan sebagai tanda perjanjian
Tuhan dengan Abraham (Kejadian 17). Tak heran, sunat lahiriah ini
seringkali dibanggakan orang Yahudi untuk menunjukkan status mereka
sebagai umat pilihan Allah. Namun, ada sunat lain yang berulang kali
disebutkan dalam Alkitab yang lebih penting dari tanda lahiriah:
sunat hati. Ini berarti menyingkirkan kulit khatan hati (Yeremia
4:4), atau hal-hal yang membuat seseorang tidak hidup takut akan
Tuhan, tidak hidup mengasihi Dia dan beribadah kepada-Nya (ayat
12-13). Sunat hati berarti mengakui dan menaati Tuhan, menyatakan
betapa Tuhan itu kuat dan dahsyat, adil dan kasih, layak disembah
oleh semua orang (ayat 17-19).


Secara lahiriah, mungkin kita menunjukkan berbagai indikasi sebagai
pengikut Kristus. Pergi ke gereja, membaca Alkitab, rajin berbuat
baik. Namun, jika hati kita masih menikmati dosa, diliputi
ketakutan, kebimbangan, egoisme, kepentingan diri sendiri, kita
harus meminta Roh Kudus menyelidiki hati kita, adakah kita sudah
bersunat hati seperti yang Tuhan inginkan? --ITA

ENTAH KITA BERSUNAT SECARA LAHIRIAH ATAU TIDAK,
TUHAN MENGHENDAKI KITA BERSUNAT HATI.

Ulangan 10:12-22

Tidak ada komentar:

Posting Komentar