favoritnya. Beberapa teman tidak ia sukai Alasannya antara lain:
mereka nakal, suka mengganggu, pelit meminjamkan mainan. Celotehnya
menyadarkan saya betapa sejak kecil kita sudah punya kecenderungan
untuk menilai orang menurut tolok ukur tertentu, entah itu
kebaikannya, reputasinya, atau kelakuannya terhadap kita. Dan,
penilaian itu memengaruhi cara kita bersikap.
Sungut-sungut orang Farisi dan ahli Taurat adalah cermin penilaian
mereka terhadap sekelompok orang. Tolok ukurnya adalah diri sendiri.
Melabeli kelompok lain berdosa, menyiratkan mereka mengelompokkan
diri sendiri sebagai orang-orang yang tidak berdosa. Keramahan Yesus
pada kelompok "berdosa" membuat mereka tak nyaman (ayat 2). Yesus
mengoreksi cara pandang ini, mengajak mereka untuk memakai tolok
ukur Allah. Dalam sudut pandang-Nya juga ada dua macam kelompok
orang, tetapi dua-duanya berdosa. Bedanya, yang satu sadar akan
dosanya, yang lain tidak (ayat 7). Yang satu bertobat, yang satu
tidak merasa butuh pertobatan. Dan surga bersukacita untuk orang
berdosa yang bertobat.
Melihat orang lain dalam dosa, ingatlah bahwa kita tidak lebih baik.
Kita tak dapat menyelamatkan diri sendiri, namun Allah dalam
kasih-Nya telah mencari dan menemukan kita. Mari periksa lingkaran
pergaulan kita. Apakah kita cenderung berteman dengan orang-orang
tertentu dan menjauhi yang lain? Mengapa? Daftarkan hal-hal yang
biasanya menjadi tolok ukur kita dalam mengasihi orang lain.
Mintalah agar Allah memperbarui cara pandang kita dengan cara
pandang-Nya. --JOE
PANDANGLAH SESAMA DARI SUDUT PANDANG ALLAH.
KASIHILAH MEREKA DENGAN KASIH DARI PADA-NYA.
Lukas 15:1-7
mereka nakal, suka mengganggu, pelit meminjamkan mainan. Celotehnya
menyadarkan saya betapa sejak kecil kita sudah punya kecenderungan
untuk menilai orang menurut tolok ukur tertentu, entah itu
kebaikannya, reputasinya, atau kelakuannya terhadap kita. Dan,
penilaian itu memengaruhi cara kita bersikap.
Sungut-sungut orang Farisi dan ahli Taurat adalah cermin penilaian
mereka terhadap sekelompok orang. Tolok ukurnya adalah diri sendiri.
Melabeli kelompok lain berdosa, menyiratkan mereka mengelompokkan
diri sendiri sebagai orang-orang yang tidak berdosa. Keramahan Yesus
pada kelompok "berdosa" membuat mereka tak nyaman (ayat 2). Yesus
mengoreksi cara pandang ini, mengajak mereka untuk memakai tolok
ukur Allah. Dalam sudut pandang-Nya juga ada dua macam kelompok
orang, tetapi dua-duanya berdosa. Bedanya, yang satu sadar akan
dosanya, yang lain tidak (ayat 7). Yang satu bertobat, yang satu
tidak merasa butuh pertobatan. Dan surga bersukacita untuk orang
berdosa yang bertobat.
Melihat orang lain dalam dosa, ingatlah bahwa kita tidak lebih baik.
Kita tak dapat menyelamatkan diri sendiri, namun Allah dalam
kasih-Nya telah mencari dan menemukan kita. Mari periksa lingkaran
pergaulan kita. Apakah kita cenderung berteman dengan orang-orang
tertentu dan menjauhi yang lain? Mengapa? Daftarkan hal-hal yang
biasanya menjadi tolok ukur kita dalam mengasihi orang lain.
Mintalah agar Allah memperbarui cara pandang kita dengan cara
pandang-Nya. --JOE
PANDANGLAH SESAMA DARI SUDUT PANDANG ALLAH.
KASIHILAH MEREKA DENGAN KASIH DARI PADA-NYA.
Lukas 15:1-7
Tidak ada komentar:
Posting Komentar