begitu kalimat yang mengikuti ungkapan terima kasih orang yang
pernah saya bantu. Saya tidak ingat kapan Tuhan "membalas" kebaikan
itu secara spesifik, namun salah satu ayat yang kita baca hari ini
membuat saya terdorong merenungkan hal ini. Apakah ketika saya
berbuat baik, Tuhan jadi "berutang" pada saya, dan harus membalas
kebaikan saya?
Seorang pendeta mengingatkan saya bahwa salah satu pengajaran dasar
kitab Amsal adalah: Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu,
dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri (Amsal 3:5).
Bersukacita memberikan milik kita, entah uang, waktu, atau tenaga,
kepada orang yang membutuhkan ialah tindakan yang menunjukkan bahwa
kita memercayai Tuhan yang mencukupi kebutuhan kita, sekalipun yang
kita miliki berkurang karenanya. Kita tidak khawatir; yakin bahwa
Tuhan senang memelihara anak-anak-Nya. Di sisi lain, menaruh belas
kasihan menunjukkan sikap tak bermegah atas kelemahan orang lain;
tahu bahwa kita sama-sama harus memercayakan hidup kepada Sang
Pencipta; kita tidak lebih baik dari mereka.
Jelas tidak ada bagian Alkitab lain yang mendukung jika motivasi
kita berbuat baik hanyalah untuk menagih berkat lebih dari Tuhan.
Itu artinya kita hendak mengatur Tuhan bagi kepentingan kita
sendiri. Namun, saat berbuat baik kepada yang lemah kita lakukan
sebagai tindakan iman, Tuhan akan menunjukkan bahwa Dia memang Tuhan
yang layak dipercaya. Dia "membalas" tindakan iman itu karena Dia
senang ketika kita, anak-anak-Nya, memercayakan hidup pada
pemeliharaan-Nya yang sempurna. --LIT
TUHAN SENANG MENUNJUKKAN KEBAIKAN-NYA
KETIKA KITA SEPENUH HATI MEMERCAYAKAN HIDUP KEPADA-NYA.
Amsal 19:11-20
pernah saya bantu. Saya tidak ingat kapan Tuhan "membalas" kebaikan
itu secara spesifik, namun salah satu ayat yang kita baca hari ini
membuat saya terdorong merenungkan hal ini. Apakah ketika saya
berbuat baik, Tuhan jadi "berutang" pada saya, dan harus membalas
kebaikan saya?
Seorang pendeta mengingatkan saya bahwa salah satu pengajaran dasar
kitab Amsal adalah: Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu,
dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri (Amsal 3:5).
Bersukacita memberikan milik kita, entah uang, waktu, atau tenaga,
kepada orang yang membutuhkan ialah tindakan yang menunjukkan bahwa
kita memercayai Tuhan yang mencukupi kebutuhan kita, sekalipun yang
kita miliki berkurang karenanya. Kita tidak khawatir; yakin bahwa
Tuhan senang memelihara anak-anak-Nya. Di sisi lain, menaruh belas
kasihan menunjukkan sikap tak bermegah atas kelemahan orang lain;
tahu bahwa kita sama-sama harus memercayakan hidup kepada Sang
Pencipta; kita tidak lebih baik dari mereka.
Jelas tidak ada bagian Alkitab lain yang mendukung jika motivasi
kita berbuat baik hanyalah untuk menagih berkat lebih dari Tuhan.
Itu artinya kita hendak mengatur Tuhan bagi kepentingan kita
sendiri. Namun, saat berbuat baik kepada yang lemah kita lakukan
sebagai tindakan iman, Tuhan akan menunjukkan bahwa Dia memang Tuhan
yang layak dipercaya. Dia "membalas" tindakan iman itu karena Dia
senang ketika kita, anak-anak-Nya, memercayakan hidup pada
pemeliharaan-Nya yang sempurna. --LIT
TUHAN SENANG MENUNJUKKAN KEBAIKAN-NYA
KETIKA KITA SEPENUH HATI MEMERCAYAKAN HIDUP KEPADA-NYA.
Amsal 19:11-20
Tidak ada komentar:
Posting Komentar