Selasa, 04 September 2012

MEMBERI=PERCAYA

  Tuhan kiranya membalas kebaikan Anda berlipat ganda, " kira-kira
  begitu kalimat yang mengikuti ungkapan terima kasih orang yang
  pernah saya bantu. Saya tidak ingat kapan Tuhan "membalas" kebaikan
  itu secara spesifik, namun salah satu ayat yang kita baca hari ini
  membuat saya terdorong merenungkan hal ini. Apakah ketika saya
  berbuat baik, Tuhan jadi "berutang" pada saya, dan harus membalas
  kebaikan saya?



  Seorang pendeta mengingatkan saya bahwa salah satu pengajaran dasar
  kitab Amsal adalah: Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu,
  dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri (Amsal 3:5).
  Bersukacita memberikan milik kita, entah uang, waktu, atau tenaga,
  kepada orang yang membutuhkan ialah tindakan yang menunjukkan bahwa
  kita memercayai Tuhan yang mencukupi kebutuhan kita, sekalipun yang
  kita miliki berkurang karenanya. Kita tidak khawatir; yakin bahwa
  Tuhan senang memelihara anak-anak-Nya. Di sisi lain, menaruh belas
  kasihan menunjukkan sikap tak bermegah atas kelemahan orang lain;
  tahu bahwa kita sama-sama harus memercayakan hidup kepada Sang
  Pencipta; kita tidak lebih baik dari mereka.



  Jelas tidak ada bagian Alkitab lain yang mendukung jika motivasi
  kita berbuat baik hanyalah untuk menagih berkat lebih dari Tuhan.
  Itu artinya kita hendak mengatur Tuhan bagi kepentingan kita
  sendiri. Namun, saat berbuat baik kepada yang lemah kita lakukan
  sebagai tindakan iman, Tuhan akan menunjukkan bahwa Dia memang Tuhan
  yang layak dipercaya. Dia "membalas" tindakan iman itu karena Dia
  senang ketika kita, anak-anak-Nya, memercayakan hidup pada
  pemeliharaan-Nya yang sempurna. --LIT

                TUHAN SENANG MENUNJUKKAN KEBAIKAN-NYA
       KETIKA KITA SEPENUH HATI MEMERCAYAKAN HIDUP KEPADA-NYA.

  Amsal 19:11-20

Tidak ada komentar:

Posting Komentar