Jumat, 14 September 2012

SABAT UNTUK MANUSIA

Meski memahami bahwa Sabat dirancang Tuhan sebagai hari
perhentian, bagi banyak orang kristiani yang aktif di gereja, Sabat
justru hari yang melelahkan. Ada banyak pelayanan atau acara gereja
yang dilangsungkan pada hari itu. Akibatnya, bukan berkat Tuhan yang
dirasakan, tetapi setumpuk kepenatan.


Masalah ini bukan masalah baru. Sibuk di hari Sabat sudah biasa bagi
para imam di zaman Perjanjian Lama. Hal ini dikutip Yesus untuk
menegur orang Farisi yang menghakimi para murid-Nya (ayat 23-24).
Orang Farisi sibuk dengan berbagai larangan, namun mengabaikan
maksud Tuhan sendiri atas hari Sabat. Jelas menurut Yesus, Tuhan
merancang Sabat bukan sebagai aturan yang memberatkan (ayat 27).
Sabat ditetapkan Tuhan untuk kebaikan manusia, sehingga dapat
beristirahat dan menikmati berkat Tuhan secara khusus (bdk. Kejadian
2:1-3, Keluaran 20:8-11). Tindakan orang Farisi menyempitkan makna
Sabat pada ritual dengan banyak aturan, padahal Sabat menunjukkan
hati Tuhan yang begitu mengasihi ciptaan-Nya, termasuk para murid
yang sedang butuh makanan.



Apakah Sabat menjadi beban atau sukacita bagi Anda? Apakah yang
menjadi fokus Sabat Anda: Kristus atau ritual ibadah dan pelayanan?
Jika hari Minggu adalah hari yang "sibuk" bagi Anda, pikirkanlah
satu hari perhentian lainnya sebagai hari di mana Anda benar-benar
dapat beristirahat dan menikmati Tuhan secara khusus. Alkitab
menyebutkan satu dari enam hari haruslah dikuduskan sebagai hari
Sabat. Entah itu hari Sabtu, Minggu, Senin, atau hari lainnya, yang
terutama adalah Tuhan menjadi pusat dan sumber sukacita kita, bukan
yang lain. --MEL

SABAT ADALAH PERINGATAN AKAN KASIH TUHAN YANG MENYELAMATKAN
DAN MEMBAWA SUKACITA.

Markus 2:23-28

Tidak ada komentar:

Posting Komentar