Jumat, 29 Juli 2011

Sesuai keputusan Tuhan

Pemimpin adalah penggerak sebuah komunitas", itu adalah adagium yang
disampaikan oleh berbagai pakar ketika dimintai pendapat mengenai
bagaimana mengubah sebuah masyarakat. Seorang sosiolog Amerika
menyatakan bahwa cukup dua persen saja jumlah orang-orang yang
berperan sebagai pemimpin maka sebuah komunitas akan berubah.
Namun di tangan pemimpin, sebuah komunitas juga bisa berubah
buruk. Prof. J. E. Sahetapy mengingatkan bahwa ikan busuk akan
terlihat dari kepalanya. Kepemimpinan di negeri ini sayangnya
diguncang oleh banyak skandal politik yang menyebabkan keresahan
di masyarakat.

Baru saja melanggar perintah Tuhan di Ai, kali ini bangsa Israel
mengabaikan Tuhan (14). Setelah menerima orang Gibeon menjadi
bagian dari mereka, bahkan bersumpah akan memelihara nyawa mereka
(15), baru ketahuanlah jika orang Gibeon tersebut hanya
berpura-pura. Orang Israel pun bersungut-sungut kepada pemimpin
mereka (18). Meski kemudian orang Gibeon menjadi pekerja bagi
orang Israel, langkah membiarkan orang Gibeon tersebut tetap hidup
adalah sebuah langkah yang berasal dari kepemimpinan yang buruk.
Pemimpin Israel, termasuk Yosua, ternyata begitu mudah tertipu
oleh penampilan. Mereka kalah bukan oleh pedang di dalam
pertempuran, tetapi oleh tipu muslihat. Itulah yang menyebabkan
kepercayaan kepada pemimpin menjadi semakin berkurang.

Pemimpin adalah teladan. Kesalahan seorang pemimpin bisa melemahkan
orang yang dia pimpin. Banyak gereja dan lembaga pelayanan juga
mengalami konflik karena pemimpin yang tidak bijak. Bukan hanya
satu dua kasus yang kita dengar tentang ketidakpuasan terhadap
seorang pemimpin yang mengakibatkan lahirnya sebuah gereja baru.
Pemimpin yang benar adalah pemimpin yang keputusannya bukan
diambil hanya dengan mengandalkan panca indra dan yang mudah
tertipu oleh penampilan, tetapi yang seharusnya mengikuti pimpinan
Tuhan. Mari kita doakan pemimpin kita agar membuat keputusan
sesuai keputusan Tuhan.

Yosua 9:16-27

--
Sending from My Portable Thunderbird
http://hosana11.blogspot.com
follow me @ubalduseddy

SURAT BERACUN

Sejak 1928, ratusan surat beracun dikirimkan kepada warga Teluk
Robin Hood, desa berpenduduk 800 orang di pantai timur Inggris.
Masing-masing penerima merasa hanya dirinyalah yang diserang
sehingga tak ada yang menceritakannya. Baru pada 1948 diketahui
bahwa hampir semua penduduk desa itu pernah menerimanya. Isi surat
itu begitu kasar, bengis, penuh tuduhan tanpa bukti. Ada yang
dituding melakukan kejahatan melacur, membunuh bayi, dan melakukan
inses. Begitulah, lebih dari dua dekade surat itu telah menyebarkan
kemuraman, antara lain mengakibatkan tiga pendeta sebuah gereja
secara berturut-turut mengundurkan diri dan pindah. Sayangnya,
penulis surat keji itu belum terbongkar.

Firman Tuhan secara tegas melarang kita menyebarkan kabar bohong,
meneruskan gosip, atau memberikan kesaksian palsu. Kebohongan jelas
berbanding terbalik dengan karakter firman Tuhan, yang disebut juga
sebagai firman kebenaran. Allah yang kita sembah tidak pernah
berdusta.

Lebih jauh lagi, kebohongan merusak hubungan dan merobek jalinan
kepercayaan dalam keluarga dan masyarakat, serta mengacaukan sistem
peradilan. Bayangkan apabila Anda salah seorang penduduk Teluk Robin
Hood yang menerima surat beracun itu.

Mungkin bukan kita yang memantik dusta itu, tetapi kita turut
memikul tanggung jawab atas kerusakan yang terjadi apabila kita
menyebarkannya. Padamkan gosip dengan menolak mendengarkan dan
meneruskannya. Seperti dikatakan ibu Thumper si kelinci dalam film
Bambi, "Kalau kau tidak dapat mengucapkan sesuatu yang baik, lebih
baik tutup mulutmu" --ARS

PERKATAAN ITU LEBIH TAJAM DARIPADA PEDANG
SANGGUP MEMBUNUH TANPA MENUMPAHKAN DARAH

Keluaran 23:1-3

--
Sending from My Portable Thunderbird
http://hosana11.blogspot.com
follow me @ubalduseddy

Minggu, 24 Juli 2011

SUSAHNYA LANGKAH AWAL

Sari bingung apakah Anton benar-benar jodoh yang tepat buat
dirinya. Padahal waktu pernikahan tinggal dua bulan lagi. Ia tahu
bahwa ia mencintai Anton; demikian juga sebaliknya. Namun, ada
pertanyaan yang selalu berkecamuk dalam dirinya: "Apakah Anton orang
yang tepat?" Ada ketakutan untuk melangkah lebih jauh. Itulah
susahnya mengambil langkah awal. Banyak orang yang takut dan
ragu-ragu justru pada saat mengambil langkah pertama.

Di sepanjang hidup, kita memang selalu diperhadapkan dengan
keputusan-keputusan yang harus diambil. Biasanya, sebelum mengambil
keputusan kita diperhadapkan dengan keraguan, ketakutan, atau
kekhawatiran, apakah keputusan yang kita ambil itu tepat. Namun,
yang dikatakan firman Tuhan hari ini luar biasa. Coba renungkan
kalimat "Tuhan menetapkan langkah-langkah orang". Ini berarti bahwa
di dalam Tuhan sesungguhnya kita akan mendapatkan langkah-langkah
yang pasti, walau terkadang kita tidak tahu apa yang akan kita alami
esok hari. Ini adalah janji Tuhan.

Namun, harus dicermati juga bahwa janji ini mengandung syarat, yaitu
"bagi orang yang berkenan kepada-Nya". Artinya, apabila kita memang
ingin mendapat bimbingan Tuhan dalam mengambil keputusan maka hal
pertama yang harus kita lakukan adalah hidup berkenan di
hadapan-Nya. Allah telah menyatakan setiap kehendak-Nya melalui
firman Tuhan. Dan, dengan kita mendengar serta taat pada firman-Nya,
kita tengah dipimpin untuk menjalani hidup yang berkenan. Di dalam
Dia, kita mendapat tuntunan yang terbaik, yang memuliakan nama-Nya
--RY

MILIKILAH HIDUP YANG DIPERKENAN TUHAN
MAKA DIA AKAN MENETAPKAN LANGKAH-LANGKAH ANDA

Mazmur 37:23-27

--
Sending from My Portable Thunderbird
http://hosana11.blogspot.com
follow me @ubalduseddy

Merayakan Tuhan sebagai raja

Di dalam dunia ini, posisi dan kuasa tertinggi harus diperebutkan dan
dipertahankan, kalau perlu dengan kekerasan. Konflik yang terjadi
di negara-negara di kawasan Timur Tengah baru-baru ini adalah
contohnya. Dalam kepercayaan purba, dewa-dewa pun bersaing
memperebutkan takhta. Dewa baik bertarung melawan dewa jahat, dan
bumi sering dijadikan sebagai ajang pertempuran itu. Bila dewa
jahat menang maka kacau balaulah dunia ini, sebaliknya jika dewa
baik yang menang maka akan aman dan makmurlah bumi.

Mazmur 24 menyatakan bahwa Tuhan adalah Raja yang bertakhta di atas
segalanya, tidak ada konflik dengan kuasa-kuasa lain karena hanya
Dialah satu-satunya Allah (1-2). Maka pujian kepada Tuhan sebagai
Raja membuka dan menutup mazmur ini (7-10). Kalau demikian
bagaimanakah seharusnya menyambut dan merayakan Tuhan sebagai
Raja? Pertama, di hadapan Raja manusia harus bersih dari segala
kotoran dan bebas dari segala motif palsu. Itu sebabnya dipakai
ungkapan "yang bersih tangannya dan murni hatinya." Ungkapan ini
menunjukkan kehidupan yang tak bercacat karena dikendalikan oleh
hati yang tulus, yang berakar pada kesetiaan tunggal pada Allah.
Kedua, sejajar dengan yang pertama, ketulusan yang dapat dilihat
oleh sesama manusia dan yang jauh dari kemunafikan yang
memanipulasi nama Allah. Betapa mudah kita bersandiwara di hadapan
orang lain dengan kesalehan semu, padahal tujuannya menipu demi
keuntungan diri sendiri! Hanya orang yang memelihara pasangan
sikap hati dan tindakan ini yang akan menerima berkat Allah (5-6).

Hanya ada satu cara untuk menunjukkan bahwa Allah adalah Raja, yaitu
hiduplah sebagai anak-anak Raja, bukan dengan kesombongan, tetapi
dengan menjaga harkat hidup yang kudus dan penuh kemurahan karena
Tuhan kita adalah Raja yang agung dan penuh belas kasih.

Mazmur 24

--
Sending from My Portable Thunderbird
http://hosana11.blogspot.com
follow me @ubalduseddy

Minggu, 17 Juli 2011

HIDUP TERKEKANG?

Setelah menikah dengan saya, hidup suami saya berubah. Ada banyak
aturan baru yang harus ditaati: tak boleh tidur di atas jam dua
pagi, tak boleh minum minuman bersoda tiap hari, harus makan sayur,
madu, juga vitamin, berolahraga minimal seminggu sekali, dan
sebagainya. Suatu pagi saat sedang sarapan, saya mengatakan bahwa ia
boleh dan harus minum yoghurt yang baik bagi kesehatan. Tiba-tiba ia
nyeletuk, "Begini ya rasanya hidup dipelihara Tuhan. Dijagain. Yang
tidak baik dilarang, yang baik dibolehkan." Saya merenungkan dan
melihat kebenaran kata-katanya. Saya memberi banyak aturan bukan
untuk membatasi dan membuatnya menderita. Namun, supaya ia hidup
sehat, panjang umur, dan bahagia.

Ketika Tuhan memberikan Sepuluh Perintah Allah, Dia rindu Israel
menjadi bangsa yang berbeda. Menjadi bangsa yang berstandar moral
tinggi; menjadi bangsa kepunyaan Allah sendiri. Semua perintah Allah
adalah untuk kebaikan bangsa Israel. Supaya mereka dapat
beristirahat (ayat 8), punya keluarga harmonis (ayat 12), menjadi
masyarakat yang rukun (ayat 13-17). Pemazmur mengatakan bahwa segala
jalan Tuhan, peringatan, dan hukum-Nya, adalah jalan untuk
menunjukkan kasih kepada umat-Nya.

Sepuluh Perintah Allah tetap relevan dalam konteks budaya kita. Jika
kita tidak menyadari bahwa hukum-hukum itu untuk kebaikan kita,
mungkin kita akan menggerutu dan merasa Tuhan membatasi hidup kita.
Namun, sadari bahwa perintah-Nya adalah untuk menjaga kita dari
hal-hal yang jahat. Hari ini, mari lakukan perintah-perintah-Nya
bukan dengan terpaksa, melainkan dengan hati sukacita --GS

JALAN TUHAN SEKALIPUN KADANG TERASA BERAT
TETAPI MEMBAWA PADA SUKACITA ABADI

Keluaran 20:1-17

--
Sending from My Portable Thunderbird
http://hosana11.blogspot.com
follow me @ubalduseddy

Gembala dan Tuan Rumahku

Kapan terakhir kali Anda membaca atau melantunkan Mazmur 23? Apakah
untuk acara kebaktian penghiburan atau pemakaman? Atau untuk
upacara pernikahan atau ulang tahun? Atau saat menjenguk sahabat
atau kerabat yang terbaring sakit, atau justru pendeta Anda yang
membacakannya bagi Anda, saat Anda tergolek karena sakit?

Mazmur 23 adalah favorit hampir semua orang, untuk berbagai kesempatan
dan situasi. Mari menyimak beberapa keindahan mazmur ini. Pertama,
pemazmur menggunakan dua lambang untuk membicarakan Tuhan sebagai
pusat hidupnya. Di ayat 1-4, Tuhan adalah Gembala pemazmur. Di
ayat 5-6 Tuhan adalah Tuan Rumah yang menjamu pemazmur. Lambang
yang digunakan di sini sangat dekat dengan realitas kehidupan
pemazmur. Gembala menuntun dan melindungi domba-domba-Nya sampai
tiba dengan selamat di kandang mereka. Sebagai Tuan Rumah, Tuhan
memberikan perlindungan yang sempurna dan damai sejahtera yang
penuh kepada anak-anak-Nya. Tuhan adalah pusat hidup dan sumber
segala sesuatu yang dibutuhkan anak-anak-Nya.

Kedua, struktur mazmur ini adalah a-b-b'-a'. Perhatikan perubahan kata
ganti orang (kgo) yang dipakai. Di ayat 1-3 Pemazmur menyebut
"Tuhan (kgo 3) adalah Gembalaku, " disusul dengan sapaan di ayat
4, "... Engkau (kgo 2) besertaku. Ini sejajar dengan ayat 5 dan 6.
Ayat 5, Pemazmur menyapa "Engkau (kgo 2) menyediakan hidangan
bagiku...", dan diakhiri dengan pernyataan "... aku akan diam
dalam rumah Tuhan (kgo 3) sepanjang masa."

Coba sekarang Anda membaca atau melantunkan Mazmur 23 dengan
memperhatikan hal-hal di atas. Pasti pembacaan dan penghayatan
Anda akan diperkaya dengan kesadaran, betapa dekatnya relasi
pemazmur dengan Tuhannya. Apakah relasi Anda pun menjadi semakin
dekat dan akrab dengan Gembala dan Tuan Rumah Anda?

Mazmur 23

--
Sending from My Portable Thunderbird
http://hosana11.blogspot.com
follow me @ubalduseddy

Sabtu, 16 Juli 2011

Hanya kepada Tuhan

Tugu Monas didirikan atas prakarsa Presiden Sukarno sebagai suatu
peringatan akan keberadaan Indonesia di mata dunia. Monumen ini
ditinggikan saat Indonesia baru keluar dari penjajahan Jepang dan
Belanda. Ketika semua mata dunia melihat tugu Monas pada masa
kini, mereka belajar satu hal penting yaitu Indonesia ada dan
mampu bersaing dengan bangsa-bangsa yang telah maju.

Selesai Israel menyeberangi sungai Yordan, Tuhan langsung berpesan
kepada Yosua agar memilih pemimpin-pemimpin dari tiap-tiap suku
untuk mendirikan sebuah tugu batu. Ayat 8-9 sedikit membingungkan,
apakah ada dua set batu (tugu) yang didirikan, satu di tengah
sungai (9) dan yang satu lagi di tepi sungai (8). Ada penafsir
mengusulkan bahwa mula-mula Yosua berinisiatif meletakkan dua
belas batu di tengah-tengah sungai, di tempat para imam pemikul
tabut berdiri. Namun atas perintah Tuhan, kedua belas pemimpin itu
memindahkan dua belas batu tersebut ke tepi sungai. Jadilah satu
set batu yang menjadi tugu penting. Tugu batu itu penting sebagai
peringatan akan sejarah keselamatan agar generasi baru belajar
tentang tuntunan Tuhan atas umat-Nya. Keturunan mereka kelak akan
bertanya makna tugu itu dan mereka harus menjawab bahwa Tuhan
telah membelah air sungai Yordan ketika tabut perjanjian
menyeberangi sungai tersebut.

Yang juga penting dari peristiwa ini adalah bagaimana Tuhan
membesarkan nama Yosua, seperti Musa, untuk memimpin umat-Nya
memasuki tanah Kanaan (14). Kita melihat garis komando yang jelas.
Yosua menjadi pemimpin yang menaati Allah dengan sesungguhnya.
Umat Israel, yang diwakili kedua belas pemimpin dari suku-suku
itu, taat kepada perintah Yosua sebagai pemimpin mereka yang
ditetapkan oleh Tuhan.

Tugu batu berfungsi untuk mengingat karya Tuhan atas hidup umat-Nya.
Tugas Yosua sebagai pemimpin umat adalah menjadi teladan ketaatan
dan hormat kepada Allah supaya umat pun taat dan hormat
kepada-Nya. Mari kita yang dipercaya Tuhan untuk melayani umat,
mengarahkan mereka bukan kepada kita, melainkan kepada Tuhan saja.

Yosua 4:1-14

--
Sending from My Portable Thunderbird
http://hosana11.blogspot.com
follow me @ubalduseddy

TAK AKAN BERKEKURANGAN

Pada 1964, perekonomian Indonesia benar-benar sedang terpuruk.
Namun, sepasang suami istri yang tidak berpunya tetap mengulurkan
tangan untuk menolong orang yang lebih tidak mampu. Mereka menampung
sebuah keluarga untuk tinggal bersama di rumah kontrakan yang sangat
sederhana. Akibatnya, mereka sendiri harus tidur berdesak-desakan
dengan kesepuluh anak mereka dalam sebuah kamar. Namun, Tuhan tetap
memelihara kehidupan mereka. Bahkan kini, berpuluh tahun kemudian,
anak-anak mereka telah memiliki kehidupan ekonomi yang jauh lebih
baik.

Dalam bacaan hari ini, Tuhan tidak menurunkan hujan ke tanah Israel
selama tiga tahun enam bulan. Itu sebabnya air di sungai pun kering.
Tak mengherankan jika si janda hanya memiliki sedikit tepung dan
minyak untuk ia sendiri dan anaknya. Namun, ketika ia menaati firman
Tuhan untuk memberi makanan kepada Nabi Elia, Tuhan tetap memelihara
hidup sang janda dan anaknya selama masa kekeringan.

Beberapa di antara kita mungkin berpikir bahwa ia harus menunggu
kaya dulu, baru ia akan dapat menolong orang lain. Akan tetapi,
kenyataannya orang demikian tidak akan pernah merasa mampu untuk
menolong orang lain sebab siapa pun cenderung selalu merasa tidak
puas dan berkekurangan. Sebaliknya, hati yang mau memberi dan
menolong orang lain, tidak pernah bergantung dari berapa banyak yang
dimiliki. Namun, bersumber dari hati yang mengasihi Tuhan. Dan,
setiap orang yang suka menolong tak perlu khawatir, sebab Tuhan
pasti memelihara hidupnya hingga tidak berkekurangan --VT

JANGAN TAKUT BERBAGI BERKAT
SEBAB TUHAN BERJANJI AKAN SENANTIASA MEMELIHARA

1 Raja-raja 17:8-16

--
Sending from My Portable Thunderbird
http://hosana11.blogspot.com
follow me @ubalduseddy

Kamis, 07 Juli 2011

Sampai ke ujung bumi

Secara aktif, Allah menggenapi kehendak-Nya bagi dunia ini. Yudea dan
Samaria sudah menikmati kasih karunia yang begitu besar itu. Maka
tiba saat bagi ujung bumi untuk juga mendapatkan kesempatan.

Seorang pejabat negara Etiopia, salah satu wilayah yang terbilang
ujung bumi pada masa itu, sedang dalam perjalanan ke Yerusalem.
Kalau kita melihat jabatannya, tak dapat disangkal bahwa dia
adalah orang penting di negerinya. Meski demikian, dia datang
bukan dalam rangka melakukan perjalanan dinas, melainkan karena
ingin beribadah di Yerusalem. Ternyata kesuksesannya dalam karier
tidak membuat dia abai akan kebutuhan rohaninya. Sebab itu dia
mencari Tuhan.

Tuhan mengambil kesempatan istimewa itu dan mengarahkan Filipus ke
Gaza untuk menemui si pejabat Etiopia. Sekali lagi Roh Kudus
memimpin Filipus untuk menginjili seseorang, dan orang itu bukan
berasal dari ras Yahudi. Maka mau tidak mau, Filipus harus
menghancurkan sekat ras dan mendampingi sang pejabat untuk
menjelaskan tentang "Hamba yang menderita", seperti yang tertulis
dalam nubuat Yesaya. Melalui penjelasan Filipus, sida-sida Etiopia
itu memperoleh apa yang dia cari selama ini dengan ketekunannya
beragama Yahudi yaitu tersingkapnya rahasia Injil bahwa Yesus
Kristus adalah Anak Allah yang menderita sengsara demi menanggung
dosa dunia. Maka sebagai respons, sang pejabat Etiopia memberi
diri dibaptis. Lukas mencatat bahwa pembesar Etiopia itu
meneruskan perjalanannya dengan sukacita, suatu ungkapan ekspresi
dari orang yang bertobat.

Pertobatan pejabat Etiopia itu menunjukkan bahwa Injil bersifat
inklusif. Tidak ada halangan baik yang bersifat fisik, ras, atau
kondisi geografis yang dapat membuat manusia tidak terjangkau
Injil. Karena Allah memang berkehendak agar orang dari berbagai
ras datang dan beriman kepada Tuhan Yesus Kristus.

Kiranya kehendak Allah itu menjadi kerinduan kita juga. Doakanlah
orang-orang yang peradabannya tidak tersentuh modernitas, agar
kasih karunia Tuhan menjangkau mereka juga hingga dapat mendengar
Injil.

Kisah Para Rasul 8:26-40

--
Sending from Thunderbird Beta 5
http://hosana11.blogspot.com
follow me @ubalduseddy

Baca Gali Alkitab 1

Filipus, salah seorang yang terpilih sebagai pelayan untuk melayani
orang miskin dituntun oleh malaikat Allah untuk pergi ke sebuah
tempat. Di sana Filipus bertemu seorang sida-sida, yang merupakan
seorang kepala perbendaharaan negeri Etiopia.

Apa saja yang Anda baca?

1. Siapakah yang datang menjumpai Filipus? Pesan apa yang dia
sampaikan? Kemanakah Filipus harus pergi? (26)

2. Apa respons Filipus setelah mendengar pesan tersebut? Siapa yang
dia jumpai di jalan yang dia lalui? Apakah yang sedang dilakukan
oleh orang tersebut? Bila dibandingkan dengan pesan yang diterima
oleh Filipus sebelumnya, apakah isi pesan tersebut menjadi nyata?
(27-28)

3. Apa tindakan Filipus selanjutnya? (29-35)

4. Pada akhir perjalanan Filipus dan sida-sida dari Etiopia itu,
apakah yang terjadi kemudian? (36-40)

Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?

1. Seberapa penting mendengar dan taat pada suara
Tuhan?

2. Dengan cara apa saja Tuhan berbicara kepada
manusia?

3. Faktor apa saja yang biasanya membuat orang enggan untuk
memberitakan Injil?

4. Hal-hal apa yang seharusnya membuat orang berani dan bersemangat
untuk memberitakan Injil?

5. Mengapa orang yang percaya dan menerima Yesus sebagai Anak Allah
dan Juruselamat memiliki sukacita dalam hatinya?

Apa respons Anda?

1. Bagaimanakah pengalaman Anda mendengar suara Tuhan? Apa yang Tuhan
katakan pada saat itu?

2. Sudahkah Anda selama ini taat terhadap suara dan perintah dari
Tuhan? Dalam hal apa Anda biasanya tidak mau taat?

3. Apakah Anda pernah merasa terbeban untuk memberitakan Injil? Kepada
siapa? Sejauh ini, apa yang sudah Anda lakukan?

Pokok Doa:

Bagi orang-orang yang pernah mendengar perintah Tuhan untuk
memberitakan Injil, agar mereka melaksanakannya.

Kisah Para Rasul 8:26-40

--
Sending from Thunderbird Beta 5
http://hosana11.blogspot.com
follow me @ubalduseddy

SOK TAHU

Seorang anak kecil sedang menyusun puzzle bergambar seekor gajah.
Tubuhnya sudah tersusun. Tinggal ekor dan belalainya. Di tangannya
ada sekeping gambar sesuatu yang berbentuk memanjang. Si anak
langsung meletakkan keping tersebut ke bagian ekor. Sayangnya,
bagaimanapun ia mencoba, keping itu tidak bisa masuk. Sang ayah
berusaha memberi tahu bahwa itu bukan ekor, melainkan belalai.
Namun, si anak membantah: ekorlah yang panjang. Jadi, teruslah ia
mencoba-coba meletakkan keping gambar belalai itu ke ekor si gajah.

Itulah yang terjadi kalau kita bersikap sok tahu. Dan, kadang kala
itu malah menjadi tindakan bodoh dalam pandangan orang lain. Lebih
baik apabila kita meneladani apa yang dilakukan Zakharia. Ia
mendapat penglihatan ilahi, tetapi tidak mengerti maknanya. Maka,
dengan polos ia menanyakan maknanya kepada malaikat. Menarik bahwa
malaikat tidak langsung menjawabnya. Malah memberikan pertanyaan
seolah-olah malaikat itu berharap Zakharia seharusnya sudah tahu.
Sangat manusiawi kalau saat itu Zakharia merasa harga dirinya
tersinggung sehingga berhenti bertanya atau bahkan bersikap sok
tahu. Namun, Zakharia tidak melakukan itu. Ia tidak berusaha
menebak-nebak, apalagi berpura-pura tahu. Melainkan dengan rendah
hati ia mengakui ketidaktahuannya. Ini dilakukannya sampai dua kali
(ayat 4, 11, 12).

Tidak bersikap sok tahu menegaskan karakter yang rendah hati dan mau
belajar. Agar berhasil dalam berbagai aspek kehidupan, inilah
sebenarnya yang terus kita perlukan. Lebih jauh lagi, Tuhan
menghargai sikap yang seperti ini --ALS

ORANG YANG MAU MAJU TAK HENTI BERTANYA
SEBAB ITU PASTI MENAMBAH PENGERTIAN YANG SUDAH IA PUNYA

Zakharia 4:1-14

--
Sending from Thunderbird Beta 5
http://hosana11.blogspot.com
follow me @ubalduseddy

MATA TUHAN

London Eye adalah salah satu ikon kota London yg sangat terkenal.
Dengan menggunakan model kincir raksasa yang berputar, kita bisa
menyaksikan sebagian besar kota London dari dalam sebuah tabung
besar yang dirancang untuk memuat para wisatawan. Dari dalam tabung
itu, sesuai posisi putarannya, kita bisa menikmati dan menjelajahi
kawasan di sekitar Sungai Thames dengan jelas. Pemandangannya begitu
sempurna dan indah. Akan tetapi, pemandangan yang bisa disaksikan
dari London Eye sesungguhnya begitu terbatas. Hanya kawasan di
sekitar kota. Oleh sebab itu, London Eye tidak cukup memadai sebagai
referensi untuk menikmati panorama London.

Sangat berbeda dari itu, penglihatan Tuhan kita begitu sempurna.
Bahkan, Tuhan bisa melihat isi hati. Mata Tuhan (God's' Eye)
terus-menerus memperhatikan setiap anak-anak-Nya, bahkan dengan
perhatian yang sangat detail. Mata Tuhan bukan hanya melihat dari
ketinggian, tetapi Dia mampu melihat sampai ke dalam pergumulan
anak-anak-Nya satu demi satu. Tak heran jika pemazmur berkata bahwa
Tuhan sangat mengerti kita; baik pikiran kita (ayat 2), maupun
segala aspek kehidupan kita (ayat 3-10). Bahkan sejak kita masih
dalam kandungan dan pada masa kanak-kanak (ayat 13-16), Dia ada di
sana.

Apabila Tuhan begitu mengerti, mengapa kita tidak membiasakan diri
untuk terus berada di dekat-Nya? Dia adalah Tuhan yang tidak pernah
jauh dari hidup kita. Dia melihat semuanya. Dia mengerti apa pun
tentang kita. Mata Tuhan adalah jaminan bahwa hidup kita selalu
berada dalam perlindungan tangan yang kuat dan dapat diandalkan --FZ

DI MANA DAN KAPAN PUN
TUHAN SELALU MENJAGAI KITA

Mazmur 139:1-16

Merobohkan tembok pemisah

Terpencarnya umat Tuhan ke Yudea dan Samaria ternyata menghasilkan
misionaris, bukan pengungsi yang melarikan diri sekadar cari
selamat. Seperti benih yang ditebar, mereka menyebar dan
memberitakan Injil (4) sehingga Samaria akhirnya mendapat berkat
Injil setelah umat pilihan Allah menolak kasih karunia yang besar
itu. Ini merupakan penggenapan perkataan Yesus dalam Kisah Para
Rasul 1:8.

Filipus, rekan Stefanus dalam pelayanan kepada orang miskin, ikut juga
dalam pemberitaan itu. Ia memiliki karunia untuk melakukan
mukjizat hingga seorang tukang sihir bernama Simon mau percaya
kepada Kristus dan menyerahkan dirinya untuk dibaptis (13).

Namun Petrus dan Yohanes, dua orang murid yang diutus ke Samaria,
melihat bahwa para petobat baru di Samaria belum dipenuhi Roh
Kudus. Lalu mereka berdoa dan menumpangkan tangan atas para
petobat baru itu. Mungkin muncul pertanyaan di benak kita, apakah
orang Kristen harus menerima baptisan Roh Kudus walau ia sudah
percaya dan lahir baru? Dalam hal ini pengajaran para rasul jelas:
Roh Kudus adalah hak setiap orang yang percaya kepada Kristus,
yang diterima saat bertobat (Kis. 2:38; 1Kor. 12:13). Maka apa
yang terjadi di Samaria saat itu merupakan kasus khusus. Kita tahu
bahwa ada 'tembok pemisah' antara orang Yahudi dan orang Samaria
sejak lama. Padahal seharusnya tembok itu tidak ada lagi di antara
umat sebab Kristus sudah merobohkannya. Mungkin itulah sebabnya
Tuhan menunda pencurahan Roh Kudus ke atas orang Samaria supaya
ada pertemuan dan kesatuan di antara murid-murid Tuhan di
Yerusalem dan orang percaya di Samaria. Supaya orang Samaria dan
orang Yahudi Kristen tahu bahwa mereka memiliki kesamaan secara
rohani.

Jika Tuhan meruntuhkan tembok pemisah yang menghalangi kesatuan umat,
mengapa kita sebagai umat Tuhan justru mempertahankan tegaknya
tembok itu? Mari kita peka melihat sekat-sekat yang menghalangi
kesatuan kita dengan sesama orang percaya. Bila ada, singkirkanlah
karena Tuhan Yesus sendiri sudah menghancurkannya.

Kisah Para Rasul 8:4-25

Rabu, 06 Juli 2011

Bagai benih

Ada kontras dalam sikap orang yang ada di dalam perikop ini. Kelompok
pertama adalah mereka yang melakukan penganiayaan hebat terhadap
jemaat di Yerusalem (1b). Penganiayaan ini dimulai setelah
kematian Stefanus. Saulus, yang semula terlihat hanya menjadi
saksi mata peristiwa berdarah tersebut (1a), kemudian menjadi
sangat agresif. Ia berupaya keras menangkap dan memenjarakan
orang-orang Yerusalem, yang teridentifikasi sebagai pengikut
Kristus (3). Sebelumnya perlawanan terhadap Injil diarahkan kepada
para rasul, tetapi pada waktu itu orang-orang yang baru percaya
menjadi sasaran mereka.

Kelompok kedua adalah yang disebut orang-orang saleh. Mereka meratapi
kematian Stefanus dan menguburkan mayatnya (2). Tindakan mereka
berisiko tinggi karena dengan demikian mereka akan dikenali
sebagai pengikut Kristus. Nyawa mereka terancam. Namun mereka
seolah tidak peduli. Kematian Stefanus tidak membuat mereka mundur
dari apa yang seharusnya mereka lakukan. Terlihat juga kemudian,
dikuburnya Stefanus bagai dikuburnya sebuah benih. Seolah mati,
tetapi sesungguhnya sebuah proses pertumbuhan sedang terjadi
hingga menghasilkan buah berkali-kali lipat banyaknya.

Kematian Stefanus karena dirajam menjadikan dia sebagai martir
pertama. Di masa-masa berikutnya, banyak orang yang juga mati
martir. Misalnya di negara-negara dengan dominasi agama atau
politik tertentu, orang harus mempertaruhkan nyawa demi pekabaran
Injil. Mungkin ada orang yang menyebut mereka bodoh, tetapi Injil
tidak akan mati oleh karena kematian mereka. Buah dari kesaksian
mereka niscaya terlihat kemudian karena Injil yang diberitakan
akan hidup dalam diri orang-orang yang jadi percaya Kristus.

Sebab itu kita harus berdoa bagi mereka, yang mewartakan Injil di
tempat-tempat berisiko tinggi seperti di medan perang, di area
konflik berdarah, atau di suku-suku terbelakang. Jangan biarkan
mereka berjuang sendirian, kita harus mendukung mereka yang berada
di garis depan agar benih-benih Injil terus disebarkan dan banyak
orang percaya Kristus.

Kisah Para Rasul 8:1b-3

--
Sending from Thunderbird Beta 5
http://hosana11.blogspot.com
follow me @ubalduseddy

MELODI HIDUP

> Mazmur berarti: melodi atau lagu pujian. Melalui mazmur, sang
> pengarang hendak mengajak umat bermelodi, memuji Tuhan atas
> bermacam-macam hal yang menjadi kenyataan hidup manusia beriman
> sehari-hari. Hebatnya, pujian dalam mazmur merupakan pujian yang
> tidak hanya berkutat pada hal-hal seputar relasi manusia dengan
> Allah, tetapi juga pergumulan sesama manusia. Pendek kata, semua
> segi kehidupan manusia beriman dapat dijadikan sebagai lagu pujian
> dalam peribadahan!
>
>
>
> Di bagian awal kitab Mazmur, penulis memanjatkan pujian kepada Tuhan
> karena Tuhan mengenal jalan orang benar (ayat 6). Kata "mengenal" di
> sini merupakan terjemahan dari kata Ibrani yada yang berarti
> mengenal dengan intim; mengenal dengan sedemikian detail; mengenal
> sedemikian rupa hingga tak ada yang perlu ditutupi. Itulah sebabnya
> orang yang berjalan di jalan orang benar disebut "berbahagia".
> Kebahagiaan adalah anugerah yang diberikan Allah pada orang yang
> menjaga hidupnya benar dengan cara mencintai dan mendalami firman
> Tuhan sehingga hidupnya senantiasa mendapatkan asupan makanan rohani
> dari firman itu. Bagai pohon yang selalu segar karena ditanam di
> tepi aliran air, yang menghasilkan buah dalam kehidupan sehari-hari.
>
>
>
> Pemazmur senantiasa menaikkan pujian indah yang didasari oleh
> pengenalan akan Tuhan dalam kehidupan pribadi maupun dalam
> pengalaman hidupnya di tengah lingkungan sehari-hari. Mari
> renungkan, apakah dari dalam kehidupan kita telah keluar melodi dan
> pujian indah yang mencerminkan kehidupan orang yang mengenal Allah
> --DKL
>
> HIDUP BERIMAN BAK NADA MUSIK
> YANG DIPERDENGARKAN KE SELURUH DUNIA
> Mazmur 1:1-6

--
Sending from Thunderbird Beta 5
http://hosana11.blogspot.com
follow me @ubalduseddy

Selasa, 05 Juli 2011

Religius, tetapi terpisah dari Kristus

Bagai orang kebakaran jenggot begitulah kira-kira yang terjadi pada
anggota Mahkamah Agama saat itu. Bayangkan saja, Stefanus yang
diajukan ke Mahkamah Agama dengan tuduhan menghujat Musa dan Allah
kemudian mengajukan pembelaannya dengan panjang lebar. Bahkan ia
berbalik menegur mereka. Bagai bumerang, tuduhan penghujatan
berbalik ke mereka. Padahal mereka adalah pemimpin agama yang
terhormat. Tak heran mereka jadi geram (54).

Namun wajah Stefanus saat itu tentu berbeda dari wajah geram
anggota-anggota Mahkamah Agama, karena saat itu ia melihat
kemuliaan Allah dan Anak Manusia (56). Namun pernyataan Stefanus
tentang penglihatannya dianggap keterlaluan oleh anggota Mahkamah
Agama. Akibatnya ia diserbu, diseret, dan dirajam (57-58). Sungguh
brutal tindakan pria-pria terhormat yang berasal dari kalangan
bergengsi itu, seperti tindakan preman pasar yang ingin pamer
kekuatan dengan adu otot. Namun itulah reaksi orang-orang yang
menolak Allah. Mereka menutup telinga terhadap penyataan Allah dan
malah menganggap hal itu sebagai penghujatan. Betapa berbahayanya
menjadi orang yang religius, tetapi terpisah dari Kristus. Ini
menggenapi perkataan Yesus di Yohanes 16:2-3 "... akan datang
saatnya bahwa setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka bahwa
ia berbuat bakti bagi Allah. Mereka akan berbuat demikian, karena
mereka tidak mengenal baik Bapa maupun Aku".

Sungguh berbeda kehidupan orang yang religius dengan orang yang
hidupnya dipenuhi Roh Kudus. Stefanus masih bisa mengampuni orang
yang menyiksa dia (60).

Hidup secara religius bisa saja menghadirkan rasa aman karena
keyakinan bahwa Tuhan berkenan atas perbuatan baik kita. Namun
bukan demikian yang Tuhan inginkan. Belajar dari kisah Stefanus,
kita tahu bahwa orang yang berkenan di hadapan Tuhan adalah orang
yang dipenuhi Roh Kudus. Dan kehidupan yang dipenuhi Roh Kudus
hanya dimungkinkan bila orang memiliki hubungan yang akrab dengan
Allah, yang dijalin melalui pertemuan dengan Allah tiap-tiap hari.

Kisah Para Rasul 7:54-8:1a

--
Sending from Thunderbird Beta 5
http://hosana11.blogspot.com
follow me @ubalduseddy

MELESAT BAGAI RAJAWALI

Pernahkah Anda terdiam merasakan betapa cepatnya rentetan
peristiwa dalam kehidupan ini melaju dan betapa pesatnya waktu
berlalu? Serasa perayaan tahun baru belum lama berlalu, tahu-tahu
akhir tahun sudah kita jelang. Rasanya "baru kemarin" kita
menggendong anak kita sewaktu bayi, kini ia sudah berlari. Masih
terbayang kita bersekolah di suatu tempat, sekarang kita mengantar
anak kita masuk sekolah yang sama. Yah, waktu berjalan begitu
cepatnya.

Ketika berdialog dengan Tuhan, Ayub tiba pada titik ia tak sanggup
berbicara apa-apa lagi, dan enggan berbantah, "Jawab apakah yang
dapat kuberikan kepada-Mu? Mulutku kututup dengan tangan" (ayat 37).
Ia serasa tercekam oleh kebisuan. Mengapa? Tuhan baru saja
memberinya "kuliah" tentang rahasia semesta, yang ditutup dengan
topik tentang burung rajawali. Oleh kuasa dan perintah Tuhan, unggas
ini bergerak demikian cepat. Dari utara ke selatan. Dari pucuk
ketinggian ke dataran rendah menyergap mangsa. Dari tempat
tersembunyi ke padang terbuka. Melesat serbacepat. Seperti itulah
hidup ini dalam kendali Tuhan. Ayub terhenyak. Terdiam seribu
bahasa.

Di pentas alam semesta, kita ada dalam gerakan mahacepat. Jika kita
berada di garis khatulistiwa, kita berdiri di atas bumi yang
berputar dengan kecepatan rotasi 1.669, 8 km/jam. Ada kalanya Tuhan
mengizinkan kita menatap kenyataan dan merenungi laju kehidupan yang
begitu cepat berlalu dan berubah. Untuk apa? Agar kita menyadari
betapa besarnya Tuhan, sekaligus betapa kecilnya kita, ciptaan-Nya
yang dari debu ini. Kita pun hanya bisa "membisu" dan larut dalam
kagum, pasrah, sembah, sujud --PAD

KADANG TUHAN MENGIZINKAN KITA TERDIAM DI HADAPAN-NYA
AGAR KITA SUJUD DAN MENYEMBAH-NYA SAJA

Ayub 39:29-38

--
Sending from Thunderbird Beta 5
http://hosana11.blogspot.com
follow me @ubalduseddy

Senin, 04 Juli 2011

Jangan batasi Tuhan

Meski Allah sudah menyatakan diri kepada manusia, masih saja manusia
berusaha mencari sesembahan lain. Namun Allah selalu berinisiatif
menunjukkan cara bagaimana manusia dapat mendekat pada-Nya. Maka
kemudian ada Kemah, tempat manusia dapat bertemu dengan Allah
(44-45). Kemudian Salomo mendapat kesempatan untuk membuat sebuah
tempat yang permanen bagi umat Allah untuk datang menemui Dia
(46-47).

Namun harus dipahami bahwa Allah tidak dapat dibatasi oleh sesuatu
yang dibuat oleh tangan manusia (48-50). Ia terlalu besar untuk
ditempatkan dalam sebuah bait buatan tangan manusia. Karena itu
jika manusia mengagungkan Bait Allah lebih daripada memuliakan
Allah, bukankah itu merupakan penghujatan terhadap Allah, yang
seharusnya disembah di bait itu? Di sisi lain, bila mereka memang
mengagungkan Bait Allah, kenapa mereka menolak Allah dan
orang-orang yang Dia utus? Ironis bukan? Lagi pula bukankah
mengagungkan sesuatu buatan manusia sama dengan penyembahan
berhala (bdk. Yes. 31:7)?

Umat Tuhan masa ini pun masih ada yang ingin membangun gedung megah
dengan asumsi bahwa tanpa gedung megah kita tak dapat beribadah
dengan baik. Untuk orang semacam itu, perkataan Stefanus
memberikan sebuah perspektif. Ingat, kita menyembah Allah yang
transenden. Ia tidak memerlukan gedung untuk menerima puji dan
sembah. Kitalah yang perlu tempat untuk memfasilitasi penyembahan
dan kesaksian kita.

Di sisi lain, ada orang yang bukan mengagungkan gedung gereja, tetapi
membatasi Tuhan dengan menganggap bahwa Ia hanya mungkin ditemui
di suatu tempat, yaitu di gedung gereja. Ini bisa bermakna lain:
bila Tuhan hanya berdiam di gedung gereja, berarti Ia tidak
tinggal di dalam hidup mereka. Akibatnya kehidupan iman hanya
nyata saat beribadah. Selepas dari ruang ibadah, mereka
meninggalkan Tuhan dan iman tidak terlihat dalam hidup keseharian.
Kita tentu tidak ingin menjadi orang semacam ini. Maka jangan
batasi Tuhan di tempat-tempat tertentu saja. Biarkan Dia merajai
hidup kita.

Kisah Para Rasul 7:44-53

PADUAN SUARA

Paduan suara yang ideal setidaknya merupakan campuran dari 4 jenis
suara: dua jenis suara perempuan, yaitu sopran dan alto; serta dua
jenis suara laki-laki, yaitu tenor dan bas. Masing-masing jenis
suara menyumbang nada yang saling menyempurnakan. Jika ada satu
suara yang sumbang atau hilang, sebuah lagu tidak akan terdengar
indah dan harmonis. Sementara, harmonisasi nada sangat diperlukan di
paduan suara.

Jika masing-masing pribadi dalam tubuh Kristus ibarat masing-masing
jenis suara itu, maka tidak mungkin salah satu suara dihilangkan.
Bayangkan jika paduan suara terdiri dari suara alto saja atau tenor
saja. "Karena tubuh juga tidak terdiri dari satu anggota, tetapi
atas banyak anggota" (ayat 14). Jemaat Korintus disadarkan bahwa
mereka adalah satu tubuh di dalam Kristus. Setiap pribadi pasti
dapat melengkapi pribadi yang lain dalam persekutuan orang percaya,
ketika ia melakukan bagiannya.

Demikianlah setiap kita sekarang juga memiliki porsi serta
kontribusi khusus dalam rencana Tuhan. Mungkin kita merasa sedikit
berkontribusi, merasa bukan orang hebat. Namun, jangan kemudian
tidak melakukan apa-apa. Harmonisasi tubuh Kristus tidak akan
tercipta jika kita tidak melakukan tugas kita. Walau "hanya" dengan
mencuci piring saat ada acara di gereja, menyiapkan tikar untuk
latihan paduan suara, memberi penghiburan kepada orang yang putus
asa. Semua itu bukan tindakan "hanya". Sebab jika dilakukan akan
menciptakan harmonisasi kehidupan, seturut kehendak-Nya. Maka, mari
lakukan apa yang mampu kita kerjakan demi melengkapi tubuh Kristus,
serta memuliakan Tuhan --GP

TUBUH KRISTUS SEPERTI SEBUAH PADUAN SUARA
SATU SUARA SUMBANG, HARMONISASI TAK AKAN ADA

1 Korintus 12:12-27

Minggu, 03 Juli 2011

BERDOA BAGI INDONESIA

Di jejaring sosial Twitter, seseorang pernah menulis demikian:
"Walau sering didiskriminasi, tetapi gereja mana pun selalu
mendoakan Indonesia sebagai bagian dari doa syafaatnya." Kalimat ini
kemudian disebarluaskan. Dari situ, banyak kesan yang muncul berisi
pernyataan kekaguman. Ini membuat saya memikirkan dua hal. Pertama,
doa kita bagi Indonesia ternyata menjadi kesaksian baik bagi orang
yang belum percaya. Kedua, kesadaran bahwa dengan mendoakan
Indonesia, kita sesungguhnya mencintai dan berusaha memajukan
Indonesia. Inilah yang kita temukan dalam bacaan Alkitab hari ini.

Konteks perikop ini adalah ketika orang Israel sedang dalam masa
pembuangan di Babel. Mereka frustrasi dan membenci kehidupan di
tanah asing. Namun, Tuhan justru menyuruh mereka untuk berusaha
memajukan dan mendoakan kota tempat tinggal mereka itu. Adalah
menarik bahwa Tuhan menggandengkan kedua kata kerja ini mendoakan
dan mengusahakan. Nyatanya, kedua hal ini berhubungan erat. Bahwa
ketika kita mendoakan sesuatu dengan sungguh-sungguh, maka kita pun
akan tergerak untuk secara aktif mewujudkan doa-doa tersebut.

Pemikiran ini mengantar kita untuk berpikir; apakah kita sudah
berusaha sebaik mungkin untuk membangun Indonesia secara aktif.
Yakni menjadi jawaban dari doa kita sendiri. Memang doa juga adalah
hal sangat baik yang bisa kita berikan bagi bangsa kita. Namun,
kalau Tuhan menggerakkan kita untuk juga memberikan waktu, tenaga,
uang, pemikiran, atau segala yang lain, jangan menolak panggilan-Nya
itu --ALS

DOAKAN INDONESIA DAN JADILAH ALAT TUHAN
UNTUK MEWUJUDKAN DOA-DOA KITA BAGI BANGSA TERCINTA

Yeremia 29:1-14

--
Sending from Thunderbird Beta 5
http://hosana11.blogspot.com
follow me @ubalduseddy

Ditinggalkan Allah? Tak pernah!

Penderitaan macam apa yang pernah Anda alami? Sakit berat? Bangkrut?
Ditinggal orang yang Anda kasihi? Masuk penjara? Semua itu pasti
berat. Namun bukan tak tertanggungkan.

Mazmur 22 melukiskan penderitaan yang jauh melampaui semua hal di
atas: penderitaan karena merasa ditinggalkan, ditolak manusia
(7-9), dan bahkan 'dikucilkan' Allah (2, 12, 20). Pergumulan ini
pernah dirasakan oleh Tuhan Yesus saat Ia tergantung di kayu salib
(lihat Mat. 27:46; Mrk. 15:34).

Akan tetapi, Mazmur 22 tidak berhenti hanya pada penderitaan yang tak
tertanggungkan itu (2-22). Kita bertemu dengan sikap pemazmur yang
lebih positif (24-32). Kunci untuk mengerti perubahan ini ada di
ayat 23, "Aku akan memahsyurkan nama-Mu kepada saudara-saudaraku
dan memuji-muji Engkau di tengah-tengah jemaah."

Mengapa di tengah penderitaan yang "tak tertahankan" itu, pemazmur
masih bisa bertekad memuji Tuhan? Karena pengalaman bersama
komunitas beriman bahwa Tuhan peduli pada mereka (4-6). Jadi
walaupun saat itu pemazmur dijepit habis-habisan oleh musuh, yang
bukan tidak mungkin adalah orang-orang di sekitarnya (7-9, 13-14,
17-19) dan sepertinya Allah juga tidak peduli (15-16), iman
bersama umat Tuhan tidak pernah luntur sepenuhnya. Apalagi
kenangan pemeliharaan Tuhan (10-11) begitu lekat dalam ingatan
pemazmur, membuat kesusahan tak mudah menghapus memori indah itu.

Ada dua hal yang tidak bisa dihapuskan dari memori iman anak-anak
Tuhan sejati. Pertama, pengalaman diampuni Tuhan dan diselamatkan,
baik dalam artian rohani maupun sehari-hari. Kedua, firman-Nya
yang kita renungkan setiap hari. Firman Tuhan hidup dan berkuasa
membongkar kepahitan hidup dan membangun dasar iman yang kokoh.
Buktikan sendiri dengan membaca firman Tuhan tiap-tiap hari!

Mazmur 22:1-23

--
Sending from Thunderbird Beta 5
http://hosana11.blogspot.com
follow me @ubalduseddy

Sabtu, 02 Juli 2011

Biarkan Kristus berkuasa

Kisah orang beriman di Perjanjian Lama merupakan gaung yang mendahului
kabar Injil dan bayang-bayang yang mendahului sosok yang
dinantikan, yaitu Kristus. Itulah gambaran yang ingin disampaikan
Stefanus di hadapan Sanhedrin ketika menyoroti kehidupan Musa.

Stefanus menegaskan bahwa bukan dia yang menghujat Musa sebagaimana
fitnahan mereka, merekalah yang justru menghujat Musa dan Allah.
Stefanus menjelaskan bahwa Allah menggenapi rancangan-Nya untuk
membebaskan umat-Nya melalui Musa (35-36), yang melakukan hal itu
dengan tanda dan mukjizat. Bukan hanya di Mesir, juga di Laut
Merah, dan di padang gurun. Selain sebagai pemimpin dan
penyelamat, Musa menjadi mediator antara umat dan malaikat saat ia
di Gunung Sinai (38). Namun orang Yahudi menolak Musa. Mereka
tidak peduli bahwa Musa diutus Tuhan.

Stefanus lalu membuat garis penghubung antara Musa dan Kristus dengan
mengutip nubuat Musa mengenai "nabi seperti Musa yang akan
dibangkitkan Allah bagi mereka" (37). Stefanus ingin menunjukkan
bahwa sama seperti Musa, Yesus pun diutus Allah. Musa dan Yesus
juga mengalami penolakan dan perlakuan yang tidak baik dari bangsa
Yahudi.

Stefanus juga mengingatkan bahwa penolakan orang Yahudi terhadap Musa
mengakibatkan penyembahan berhala. Ini melanggar Taurat. Tentu
saja Allah murka.

Dengan pembandingan tersebut, Stefanus seolah ingin mengatakan bahwa
penolakan terhadap Yesus pun akan berdampak bagi orang Yahudi.
Lihat saja pengagungan yang berlebihan terhadap Bait Allah serta
kesalehan yang sesat, yaitu lebih memelihara tradisi buatan
manusia daripada menaati firman Allah. Ironis, umat pilihan Allah
menolak Allah dan utusan-Nya.

Menyebut diri Kristen belum berarti bahwa kita sudah membiarkan
Kristus menguasai kita sepenuhnya. Coba selidiki, adakah bagian
yang belum kita serahkan kepada Kristus untuk Dia kuasai?
Janganlah kita taat hanya pada hal-hal yang ingin kita taati saja.
Marilah kita meminta Roh Kudus menolong kita untuk taat
sepenuhnya.

Kisah Para Rasul 7:35-43

KESEMPATAN ITU ANUGERAH

Ted Williams adalah seorang gelandangan yang tinggal di kemah
pinggir jalan Columbus, Ohio. Pada tahun 80-an, ia adalah seorang
penyiar radio, sebelum hidupnya dihancurkan oleh narkoba dan minuman
keras sehingga ia kehilangan kariernya di radio. Ia hidup sebagai
perampok, penipu, pemalsu, dan pengemis yang keluar masuk penjara.
Suatu hari, sebuah studio rekaman menayangkan suara emasnya melalui
YouTube. Dan, itu mengubah hidupnya menjadi sangat terkenal. Dalam
siaran televisi NBC, William menyatakan "siap menjalani kesempatan
kedua yang diberikan kepadanya".

Bacaan 1 Yohanes 1:8-9 juga berbicara tentang kesempatan baru yang
Tuhan tawarkan kepada setiap orang berdosa yang mau bertobat serta
dengan sungguh-sungguh datang kepada Kristus; mengakui segala
dosanya. Karena Allah itu setia, Dia akan mengampuni (tidak
menghukum) dan menyucikan (menjadikan bersih) segala kesalahan kita.
Struktur bahasa ayat ini mengungkap kebenaran bahwa setiap kali,
kapan pun kita berdosa, lalu dengan sungguh mau bertobat, Dia pasti
mengampuni dan menyucikan. Lo, kok enak? Kalau begitu buat dosa saja
terus, toh selalu tersedia pengampunan? Siapa bilang dosa itu enak
dan nikmat? Awalnya iya. Namun, selanjutnya dosa membawa
penderitaan, sengsara, dan ketidaktenangan hidup. Tidak percaya? Ted
Williams telah membuktikan pahitnya hidup dalam dosa. Itu sebabnya
kini ia sangat menghargai anugerah kesempatan kedua yang ia terima.

Mari memakai kesempatan hidup yang Tuhan anugerahkan lewat
pengurbanan Kristus. Yakni dengan tidak bermain-main dengan dosa,
tetapi dengan menuruti perintah-perintah-Nya (ayat 3) --SST

HIDUP INI KESEMPATAN DAN ANUGERAH
HIDUPILAH DENGAN BERMAKNA

1 Yohanes 1:5-2:6

Penyelamatan Allah

Iman kita berakar kuat pada sejarah iman umat Allah. Ini terlihat dari
kisah Musa yang dipaparkan oleh Stefanus dalam pembelaannya di
hadapan Sanhedrin. Pembelaan itu sekaligus merupakan penolakan
terhadap hasutan orang banyak bahwa ia telah menghujat Musa dan
Allah (Kis. 6:11). Bukan hanya itu, Stefanus juga dituduh telah
menghina bait Allah dan hukum Taurat (Kis. 6:13).

Dengan menyebutkan keterangan mengenai usia Musa (23), Stefanus
menandai momen ketika Musa bermaksud mengunjungi bangsanya.
Kemewahan lingkungan istana tidak membuat Musa terlena, ia tetap
menyadari siapa dirinya dan dari mana ia berasal. Tak heran bila
ia kemudian peduli terhadap dua kasus perkelahian yang melibatkan
orang sebangsanya. Namun intervensi Musa berdampak buruk sampai ia
harus melarikan diri ke Midian (29). Kisah berlanjut sampai pada
pemanggilan Musa untuk membebaskan bangsanya dari jerat kekuasaan
Firaun di tanah Mesir (30-34). Panggilan itu terjadi saat Musa
berada di padang gurun. Saat itu Tuhan menyatakan diri-Nya melalui
nyala api yang keluar dari semak duri (30). Tuhan menyuruh Musa
menanggalkan kasutnya karena tempat ia berdiri saat itu adalah
kudus. Perintah Allah itu memperlihatkan bahwa tempat dimana Allah
hadir adalah kudus. Kisah Musa ini diceritakan kembali oleh
Stefanus untuk menyatakan bahwa Tuhan hadir di mana saja, bukan
hanya di Bait Allah.

Panggilan Tuhan terhadap Musa bertujuan agar Musa menyelamatkan
bangsanya. Ini memperlihatkan bahwa Tuhan setia memelihara
umat-Nya yang menaruh percaya kepada-Nya. Telinga-Nya terbuka
mendengar keluh kesah mereka. Allah menyelamatkan umat-Nya dari
penindasan dunia ini tepat pada waktunya. Dan untuk karya yang
hebat itu, Allah melibatkan orang pilihan-Nya sehingga karya dan
kasih-Nya nyata bagi umat-Nya.

Kita sungguh bersyukur dan patut memuji Allah karena perhatian dan
pemeliharaan-Nya atas kita. Dan puncak pemeliharaan Allah adalah
pada pengutusan Putra Tunggal-Nya, yang menyelamatkan umat dari
upah dosa yaitu maut.

Kisah Para Rasul 7:23-34

RAGAM EKSPRESI IMAN

Berkunjung ke toko aksesori dan pernik-pernik perhiasan ternyata
mengasyikkan juga. Amati saja keanekaragamannya. Dari satu bentuk
dasar, misalnya lingkaran, tersedia begitu banyak varian. Menurut
warna: polos satu warna, paduan dua tiga warna, beraneka warna.
Menurut bahan: kain, plastik, kaca, logam, kayu. Menurut fungsi:
anting-anting, bandul kalung, bros, gantungan kunci. Di satu toko
saja tak ayal ada ribuan ragam. Betapa kreatif!

Ibrani 11 kerap disebut sebagai "Aula Para Tokoh Iman". Namun, tak
salah juga kita menyebutnya sebagai "Aula Keanekaragaman Iman".
Tokoh-tokoh yang tercantum di dalamnya memang memiliki satu
kesamaan: mereka sama-sama orang yang "percaya bahwa Allah ada, dan
bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari
Dia" (ayat 6). Namun, lihat saja keanekaragaman bentuk iman mereka.
Ekspresi iman Habel berbeda dari ekspresi iman Henokh; lain dari
ekspresi iman Nuh; berlainan pula dengan ekspresi iman Yakub.
Abraham mengorbankan anaknya; Musa menolak harta dan kesenangan
Mesir; Rahab melindungi mata-mata Israel. Setiap orang mengungkapkan
kesaksian imannya secara unik dan khas menurut panggilan hidup
masing-masing. Tidak ada yang persis sama; namun masing-masing
menyenangkan hati Allah.

Kita perlu memiliki iman yang serupa dengan iman orang-orang kudus
di dalam Kitab Suci. Namun, kita tidak perlu meniru bulat-bulat
ekspresi iman mereka. Keberadaan kita justru dimaksudkan untuk
memperkaya ragam ungkapan iman kepada Allah. Kita dapat berdoa,
"Tuhan, beri saya ide dan kreativitas untuk mengungkapkan iman saya
kepada-Mu melalui cara yang unik pada hari ini" --ARS

HANYA SATU IMANNYA TIADA TERKIRA RAGAM EKSPRESINYA

Ibrani 11